Strategi Perusahaan Energi Terbarukan yang membentuk Perilaku konsumen di pasar tenaga surya masa depan.
Artikel ini membahas penelitian energi terbarukan dari energi matahari. Jakarta sedang melaksanakan salah satu rencana terbesar dan paling ambisius untuk memperluas kapasitas tenaga surya terbarukan. Energi matahari merupakan faktor kunci dalam pembangunan sosial-ekonomi dan penciptaan lapangan kerja berkelanjutan, tetapi kesadaran lingkungan masyarakat masih rendah. Dalam laporan ini, kami meneliti secara rinci keterbatasan industri tenaga surya terbarukan dan bagaimana keterbatasan ini dapat diatasi. Kami juga akan meneliti berbagai strategi dan penggunaan teknologi informasi untuk mendorong pembeli rumah mengadopsi perilaku yang lebih ramah lingkungan.
Kata Kunci – Energi terbarukan, Energi surya, Perumahan, Teknologi informasi, Hambatan.
Dokumen ini mencakup, antara lain, topik-topik berikut: energi terbarukan dihasilkan melalui proses alami dan dapat digunakan secara berkelanjutan; Energi surya yang digunakan berasal dari matahari; dan modul sel surya terdiri dari sel surya, yang merupakan salah satu komponen utama yang mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Komponen dasar pembangkit listrik tenaga surya meliputi modul sel surya, inverter, perangkat proteksi AC dan DC, kabel dan pentanahan, proteksi petir, dll.
Krisis minyak tahun 1970-an membuat pemerintah khawatir, sehingga mengalihkan fokusnya dari batu bara ke energi terbarukan. Selanjutnya, krisis keuangan di awal tahun 1990-an dan keterlibatan sektor swasta dalam pengembangan industri yang dipicu oleh liberalisasi ekonomi perkotaan dan industrialisasi pada tahun 1991 menyebabkan pertumbuhan industri energi terbarukan. [38]
Hingga September 2021, Jakarta memiliki kapasitas energi terbarukan terpasang sebesar 101,53 GW, atau sekitar 38% dari total kapasitas terpasang di negara ini. Negara ini berencana untuk mencapai kapasitas energi terbarukan terpasang sekitar 450 gigawatt (GW) pada tahun 2010, yang mana sekitar 280 GW (lebih dari 60%) akan berasal dari tenaga surya. [15]
Dalam penelitian ini, kami melaksanakan tugas ini secara sistematis. Bagian berikutnya disebut tinjauan pustaka. Pada Bab 2, kami membahas semua teori utama dalam berbagai publikasi mengenai status energi surya di Jakarta, hambatannya, dan peran teknologi informasi dalam energi surya. Gambar 1 menunjukkan langkah-langkah yang kami ambil selama penelitian kami.
3. Hasil dan Pembahasan.
Tinjauan terhadap 46 publikasi terpilih mencakup berbagai konteks di Jakarta dan berbagai negara.
Berdasarkan analisis publikasi yang dipilih, kami melakukan analisis terhadap berbagai faktor pembatas. Faktor-faktor utama yang memengaruhi ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2: Faktor pembatas untuk aplikasi energi surya.
Faktor pembatas penggunaan energi surya di rumah tangga pribadi.
Meskipun teknologi fotovoltaik berkembang pesat, sejumlah besar publikasi menunjukkan bahwa penerapannya masih menghadapi banyak kendala.
1) Bahasa Indonesia
Kurangnya kesadaran dan metode tradisional.
Kesadaran masyarakat terhadap energi terbarukan masih kurang. Masih ada kebingungan tentang apa itu energi matahari, bagaimana cara kerjanya, manfaatnya, laba atas investasi, dan model mana yang tepat.
Di banyak daerah di negeri ini, pentingnya sistem energi terbarukan belum disadari oleh masyarakat. Energi terbarukan belum benar-benar tersebar luas, terutama di kalangan rumah tangga pribadi. Akibatnya, orang-orang semakin beralih ke batu bara dan bahan bakar fosil lainnya yang lebih dapat diandalkan. [2] Informasi umum dan pengetahuan tentang teknologi baru serta pemahaman tentang isu-isu praktis dalam penerapan dan pemeliharaan proyek tenaga surya masih terbatas. [5] Masalah utama dalam kesadaran masyarakat meliputi kurangnya informasi mengenai manfaat lingkungan dan ekonomi, rendahnya pemahaman terhadap teknologi energi terbarukan, dan ketidakpastian mengenai kelayakan ekonomi proyek energi terbarukan. [14] Pembangkit listrik energi terbarukan membutuhkan lahan yang sangat luas untuk menghasilkan jumlah energi yang sama. Hal ini dapat menghasilkan listrik dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara skala kecil[14].
Hambatan Pemerintah.
Manajemen pemerintah yang buruk merupakan salah satu hambatan utama adopsi teknologi ini di perekonomian pedesaan dan perkotaan[39]. Ketika menggunakan sistem PV untuk menyediakan listrik di daerah pedesaan, negara-negara berpendapatan rendah perlu menerapkan strategi bisnis yang berbeda dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi [39]. Layanan pelanggan yang lemah dan terabaikan juga terbukti menjadi hambatan utama dalam promosi sistem PV di daerah pedesaan. Karena sistem PV diterapkan di daerah terpencil untuk elektrifikasi pedesaan, pengguna kekurangan infrastruktur seperti informasi, pengetahuan, saluran komunikasi, dan dukungan teknis. Hal ini menekankan perlunya layanan efektif dan pemantauan serta pemeliharaan berkelanjutan bahkan setelah pelanggan membeli suatu sistem[39].
Masih terdapat keraguan mengenai apakah sistem iklim berfungsi dengan baik, apakah investasi harus disia-siakan, dan apakah sistem tersebut benar-benar lebih dapat diandalkan daripada sumber energi tradisional. Masyarakat selalu khawatir terhadap konsekuensi perubahan lingkungan dan kegagalan sistem[9].
Pasar Jakarta dapat dibagi menjadi empat segmen: Pasar pemerintah: Pemerintah bertindak sebagai konsumen, membeli hasil proyek dan biasanya memberikan dukungan anggaran. Bagian kedua adalah pasar yang digerakkan oleh pemerintah: pemerintah mempromosikan penggunaan energi terbarukan di area di luar kendali mereka karena alasan sosial, biasanya dengan memberikan subsidi anggaran atau insentif keuangan. Misalnya, pemerintah mempromosikan penggunaan energi matahari di sekolah, pusat perbelanjaan, dan rumah sakit. Pasar ketiga adalah pasar kredit: karena keterbatasan sumber daya keuangan, orang menggunakan kredit untuk membiayai aplikasi energi terbarukan. Keempat, pasar spot: individu kaya dapat membeli aplikasi energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi pribadi mereka. Jakarta saat ini berada pada tahap awal dari dua bagian pertama. Pemerintah Jakarta belum fokus dalam mempromosikan sumber energi terbarukan ketiga dan keempat, padahal kedua sumber energi tersebut memiliki potensi besar dalam penerapan energi terbarukan[5].
Politik Pemerintahan
Selama bertahun-tahun, pemerintah Jakarta, melalui Kementerian Energi Baru dan Terbarukan (MNRE) dan Kementerian Keuangan (MoF), serta pemerintah daerah, telah memperkenalkan berbagai instrumen kebijakan untuk mempromosikan pengembangan energi terbarukan. Langkah-langkah regulasi pada dasarnya hadir dalam dua bentuk: kewajiban pembelian energi terbarukan (renewable energy purchase liability/RPO) dan feed-in tariff[5]. Di banyak negara, langkah-langkah ini hanya menimbulkan ketidakpastian mengenai investasi energi terbarukan[5]. Karena setiap negara bagian mendefinisikan RPO (Kewajiban Pembelian Energi Terbarukan)-nya sendiri, kerangka hukum dan prosedur berbeda-beda di setiap negara bagian. Artinya, berinvestasi di area ini lebih berisiko. Lebih jauh lagi, kebijakan ini hanya berlaku selama lima tahun, yang menimbulkan risiko nyata terhadap investasi dalam energi terbarukan. Kondisi kerangka kerja masih perlu diciptakan di sektor bioenergi. [41]
Pembangkit listrik tenaga fotovoltaik dianggap sebagai pasar yang sangat penting di negara-negara berkembang karena menyediakan listrik ke daerah pedesaan dan pinggiran kota yang belum terhubung ke jaringan listrik [13]. Paritas jaringan belum tercapai di banyak wilayah; taman surya memerlukan insentif finansial untuk bersaing dalam pasokan listrik. Banyak negara telah memperkenalkan insentif tersebut untuk mendukung penyebaran pembangkit listrik tenaga surya[17].
Kebijakan pemerintah sejauh ini gagal mendukung pengembangan energi terbarukan yang akan menguntungkan setiap investor. Negara mempromosikan penggunaan energi konvensional untuk pembangkitan listrik melalui subsidi yang tinggi, sehingga menurunkan harga.
Hal ini menyebabkan kondisi yang tidak merata dalam pengembangan energi surya dan memperlambat pertumbuhan permintaan sistem energi surya[2].
Proyek energi terbarukan umumnya tidak memiliki biaya bahan bakar atau biaya bahan bakarnya sangat rendah serta biaya pengoperasian dan pemeliharaannya rendah. Namun, biaya modal awal per unit biasanya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sistem pembangkit bahan bakar fosil. Tingginya rasio biaya modal terhadap biaya operasi dan pemeliharaan ini penting karena menunjukkan bahwa proyek-proyek ini memiliki biaya awal yang sangat tinggi yang harus dibiayai selama siklus hidup proyek. Hal ini membuat paparan risiko menjadi tantangan jangka panjang. Tingginya biaya awal mencerminkan tingginya selera risiko investor[5].
Langkah-langkah untuk mengatasi keterbatasan ini.
1) Kesadaran bersifat koheren dan teratur.
Penerapan perlindungan lingkungan dalam skala besar hanya dapat terwujud apabila masyarakat menyadari manfaat yang dapat diperoleh melalui peningkatan kesadaran. Cara yang mungkin dilakukan adalah dengan melakukan siaran, seminar, iklan, dan pertemuan langsung dengan pengembang dan mitra[26],[40].
2) Mengembangkan model dan strategi untuk berbagai segmen pasar.
Tingkat ekonomi perkotaan dan pedesaan, rendah, sedang dan tinggi memerlukan strategi dan model bisnis yang berbeda. Yang lebih penting adalah memahami kebutuhan dan menyediakan solusi berkualitas tinggi dan hemat biaya[27].
3) Kebijakan pemerintah menguntungkan konsumen.
Kebijakan konsesi merupakan landasan bagi pengembangan energi surya berkelanjutan dalam jangka panjang. [40] Kementerian Energi Di Indonesia harus merumuskan rencana aksi atau strategi yang komprehensif dalam kerangka regulasi energi terbarukan untuk mendorong pengembangan sektor energi terbarukan. Rencana aksi dapat disiapkan melalui konsultasi dengan SERC Negara Bagian dalam jangka waktu tertentu dan pemerintah Pusat dan Negara Bagian harus melibatkan mereka dalam pelaksanaan kebijakan/rencana aksi.
4) metode pembayaran yang dapat dipilih.
Pemerintah harus menyediakan sumber daya yang memadai untuk sektor energi bersih. Pemerintah harus fokus pada R&D dan menginvestasikan dana yang tersisa dalam R&D. Bank harus menawarkan diskon bunga hipotek jika pemilik rumah memasang sistem energi terbarukan di rumah mereka, seperti lampu tenaga surya, pemanas air tenaga surya, dan panel fotovoltaik. Bank seharusnya menyediakan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah. [41]
5) Pendekatan inovatif terhadap konsumen.
Perusahaan harus menggunakan strategi dan model bisnis untuk menarik pelanggan dan memperkenalkan mereka pada energi terbarukan. Hal ini dapat dicapai dengan menawarkan potongan harga, produk solar gratis atau persentase sebagai referensi setelah sistem terpasang, serta memberikan umpan balik berkala mengenai sistem yang terpasang.
6) Peran teknologi informasi.
Seperti dibahas di bawah, teknologi informasi dan komunikasi yang maju membuka jalan bagi industri lain. Oleh karena TIK tidak hanya dapat memberikan solusi cerdas, tetapi juga membantu industri lain menjadi lebih cerdas dan dengan demikian menghemat energi[42]. Sistem pemantauan energi surya dapat memantau data real-time dan pembangkitan daya listrik, mendeteksi kesalahan sistem dan mengatasinya dengan segera, sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk pemeliharaan sistem dan berkontribusi pada peningkatan sistem pembangkitan daya secara keseluruhan [44,45].
Ada perangkat lunak dan situs web yang dapat membantu konsumen menentukan kebutuhan kapasitas surya mereka, memperkirakan biaya, dan bahkan membandingkan berbagai produk di pasaran.
Desainer dapat menggunakan berbagai perangkat lunak seperti AutoCAD, Solid Works, dll. untuk merancang pembangkit listrik tenaga surya. Ini menentukan kapasitas instalasi, panjang kabel dan lokasi peralatan dalam tata letak. Hal ini dapat ditentukan sebelum pekerjaan dimulai, sehingga meminimalkan biaya sistem. Pengguna dapat mengeluarkan berbagai perintah melalui ponsel mereka, seperti mematikan sistem. Dengan menggunakan data pemantauan yang tersedia, dimungkinkan untuk menganalisis pengoperasian sistem. Perangkat lunak PV Syst Helios memberikan gambaran awal sistem surya sebelum pemasangan, sehingga perubahan yang diperlukan dapat dilakukan sebelumnya.
Gambar 3 Fungsi teknologi informasi dan komunikasi[46]
PEMBAHASAN
Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa energi surya terbarukan merupakan alternatif yang tersebar luas bagi sumber energi tradisional, masih ada beberapa keterbatasan dalam penggunaan energi surya. Namun, kita dapat berupaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ini dan mengubah persepsi masyarakat terhadap lingkungan. Teknologi informasi akan memainkan peran penting dalam hal ini.
Studi tersebut menunjukkan bahwa sistem tersebut secara umum masih mahal dari sudut pandang ekonomi. Selain ada beberapa hambatan dalam adopsi energi surya di masyarakat seperti kurangnya kesadaran, kebijakan pemerintah, proses pembiayaan, manajemen yang lemah, ketakutan mengadopsi teknologi baru, dan biaya investasi awal yang tinggi. Kita dapat mencoba meminimalisir faktor pembatas ini. Hambatan ini dapat dikurangi melalui penyebaran kesadaran dan sudut pandang konsumen yang sehat, kebijakan pemerintah, dan berbagai model pembiayaan.
Teknologi informasi memainkan peran penting dalam desain sistem, pengoperasian, pemeliharaan, dan pemantauan pembangkitan tenaga surya.